ARCOM-MEDIA, Bandung. Forum ngaDandanan Bandung bersama Wartawan Foto Bandung (WFB) menggelar acara Refleksi Akhir Tahun Kota Bandung bertajuk, “Kemarin, Hari Ini, dan Esok Hari”, Minggu, (31/12/2023), di Hotel Travellers Inn, jalan Aria Jipang No.6 Kota Bandung.
Hadir selaku tuan rumah, Dandan Riza Wardana yang merupakan Putera mantan Walikota Bandung (Alm.) Ateng Wahyudi, Tokoh dan Seniman Acil Bimbo, Budayawan Budi Dalton, Koordinator DPKLTS Supardiono Sobirin, Perwakilan WFB Satira Yudatama, dan para Tokoh Kota Bandung.
Selain itu hadir Tokoh Jawa Barat Memet Hamdan, Tokoh Angkatan Muda Siliwangi (AMS) Rully, Mantan pemain Persib Dadang Kurnia, Tokoh senior GMNI Jawa Barat dan Nasional Dr Andy Talman, beberapa kelompok warga pemerhati seni budaya lokal, Paguron Pencak Silat, dan kelompok Ibu-Ibu pengajian.
Dandan Riza Wardana seusai acara Refleksi Akhir Tahun Kota Bandung mengatakan, pihaknya menggelar acara Refleksi Akhir Tahun dikarenakan ingin mendengar masukan dari masyarakat dan para tokoh Kota Bandung.
“Ternyata banyak kenyataan yang terjadi di kota Bandung yang disampaikan oleh para pembicara, mulai dari budaya, infrastruktur, dan lingkungan,” ungkap Dandan Riza Wardana.
Dandan Riza Wardana mengungkapkan, refleksi sesuatu yang nyata, dan fakta yang harus disikapi pihaknya selaku forum, “Karena Forum ngaDandanan Bandung lintas profesi, dan lintas budaya,” ujarnya.
Dandan Riza Wardana menambahkan, Forum ngaDandanan Bandung harus bisa memberikan solusi, saran dan rekomendasi kepada pemerintah daerah, bisa secara resmi, tertulis, terbuka, atau dari media dan jurnalis, dikarenakan perubahan itu tidak lepas dari peran Pers.
“Forum ngaDandanan Bandung hanya bisa memberikan saran dan dorongan kepada anggota Dewan, dan Eksekutif, juga untuk mendorong bagaimana kita harus membuat contohnya drainase yang baik di Kota Bandung,” kata Dandan Riza Wardana.
“Maka dari sebuah pemetaan yang benar, dan dari data yang baik, akan menghasilkan putusan yang baik dan tepat, itulah yang akan didorong oleh Forum ngaDandanan Bandung,” tegas Dandan Riza Wardana.
Lebih lanjut Dandan Riza Wardana menjelaskan, seperti diketahui, di Undang-Undang Pemerintah Daerah tidak ada yang namanya Dewan Kota, yang ada hanya DPRD
“Misalkan ada usulan dibentuk lembaga kota untuk menampung aspirasi masyarakat, itu hanya tinggal mekanisme apabila ada keberanian dari Pemerintah Daerah membentuk lembaga yang fungsinya seperti Dewan Kota, tinggal penamaannya saja,” ujar Dandan Riza Wardana.
Dandan Riza Wardana menambahkan, saat ini di Kota Bandung sudah ada Tim Percepatan Pembangunan yang mungkin bisa dianggap seperti Dewan Kota.
“Tetapi lebih baik tim ini langsung ad hoc di bawah Walikota, dan di bawah Kepala Daerah, untuk bisa memetakan aspirasi dan bagaimana langkah ke depan Walikota itu sendiri,” kata Dandan Riza Wardana.
“Tim ad hoc ini bisa dari berbagai profesi, latar belakang budaya, perencana kota, dan bidang hukum, dan itu tergantung dari prioritas Walikota,” ujar Dandan Riza Wardana.
Terkait Kota Bandung, Dandan Riza Wardana menjelaskan, sebuah kota itu ada yang disebut daya tarik dan daya tolak kota, “Kota Bandung punya daya tarik kota sehingga bertambah jumlah penduduknya, sedangkan daya tolak Kota Bandung yakni masyarakat tidak suka kemacetan di Kota Bandung,” ujarnya.
“Semua perkotaan sama, contohnya di Singapura juga sama, hanya yang mengaturnya lebih baik, Singapura itu disebut kota juga disebut sebagai negara, jadi pertumbuhan itu pasti terjadi di perkotaan, tinggal bagaimana kita mengaturnya,” kata Dandan Riza Wardana.
“Fungsi kota itu pemukiman dan hiburan, sebagai contoh saya dulu pernah rapat di Provinsi, pihak Provinsi mengatakan kota Bandung akan dibantu biaya, dan saya katakan Provinsi jangan membantu kota Bandung saja, tetapi bantu kota-kota dan daerah di sekitar kota Bandung, contoh Sumedang, Cimahi, Soreang, Kabupaten Bandung Barat dan daerah lainnya, agar dibangun, diperkuat dan dibesarkan,” ungkap Dandan Riza Wardana.
“Jadi katakanlah menginap tidur, dan mainnya di Kota Bandung, acaranya di luar Bandung, baik itu konser musik dan balap mobil atau motor,” ujar Dandan Riza Wardana.
Terkait julukan Kota Bandung, Dandan Riza Wardana menjelaskan, julukan kota Bandung itu tergantung zaman, “Saat ini saya belum tahu julukan yang tepat untuk kota Bandung karena tergantung masyarakat, nanti akan kita dengarkan terus masukan dari masyarakat yang nantinya akan mengerucut apa julukan yang tepat untuk kota Bandung,” ujarnya.
“Seperti contohnya kemarin saya mendengar ada salon Dandan, di bawahnya ada tulisan Fun, Healthy, Beauty, ada tiga kata, ke depan saya juga akan membuat julukan untuk kota Bandung, sedang saya pikirkan,” pungkasnya.
Perwakilan Wartawan Foto Bandung (WFB) Satira Yudatama mengapresiasi acara Refleksi Akhir Tahun Kota Bandung yang digelar Forum ngaDandanan Bandung, “Selain ada pameran foto, acara ini ajang ‘sasadu’ di rumah mantan Walikota Bandung Ateng Wahyudi,” ujarnya.
Satira Yudatama menambahkan, saat ini Kota Bandung hanya dilihat yang bagus-bagusnya saja, “Kota Bandung perlu perbaikan, contohnya banjir di Astanaanyar, pastinya alokasi anggaran harus bersamaan dengan perencanaan yang benar,” ujarnya.
“Saat ini Pemkot bandung mengaktifkan kembali TPS Cicabe yang pernah ditutup, memang menjanjikan, tapi ditunggu buktinya,” kata Satira Yudatama
Terkait pameran foto di Hotel Travellers Inn, di jalan Aria Jipang Nomor 6 Kota Bandung, Satira Yudatama menjelaskan, Wartawan Foto Bandung ingin menunjukkan salah satunya foto tentang pengelolaan sampah, “Bila Pemerintah Kota Bandung serius, masalah sampah bisa selesai,” pungkasnya.
Koordinator DPKLTS Supardiono Sobirin dalam acara ini memaparkan Kota Bandung dari masa ke masa dari perspektif lingkungan dan tata ruang.
Supardiono Sobirin menjelaskan di tahun 2023 penduduk Kota Bandung sekitar 2.965.329 jiwa, terdapat 9.904 Rukun Tetangga, 1.597 Rukun Warga, padahal di tahun 1811 penduduk Kota Bandung hanya 1.800 jiwa, jadi selama 200 tahun penduduk Kota Bandung melonjak 2.000 kali lipat.
Supardiono Sobirin mengungkapkan hingga saat ini Kota Bandung dipimpin 31 Walikota, 11 Walikota di antaranya dalam jajahan belanda, sedangkan Ateng Wahyudi merupakan Walikota Bandung ke-23, “Tunjukan kotamu maka kamu akan tahu siapa Walikotanya,” ujarnya.
Lebih lanjut Supardiono Sobirin mengungkapkan, hingga saat ini Kota Bandung tidak memiliki peta drainase, “Bila turun hujan 15 meter kubik maka Kota Bandung akan banjir,” ujarnya.
Terkait sampah Supardiono Sobirin mengungkapkan, Kota Bandung dengan penduduk hampir 3 juta jiwa menghasilkan sampah 1.500.000 kilogram per hari, “Bila sampah Kota Bandung terkumpul selama dua minggu, maka akan setinggi Gedung Sate, dan sampah plastik setiap harinya terkumpul sampai 300 lapangan bola,” ujarnya.
Terkait air Supardiono Sobirin mengungkapkan, krisis air bersih di Kota Bandung mulai terlihat mulai tahun 2000-an, “Air sumur di Kota Bandung harus kita hemat, jadi Kota Bandung itu defisit lingkungan, dan sukar kembali seperti semula,” pungkasnya.
Sedangkan Budayawan Budi Setiawan Garda Pandawa atau biasa disapa Budi Dalton mengatakan, pihaknya menyoroti kejatidirian dan identitas Kota Bandung.
“Saat ini kejatidirian dan identitas Kota Bandung ‘teu puguh’ atau auto pilot, saya pernah berkunjung ke Negeri Belanda, dan di sana auto pilot tetapi ada tujuannya, tetapi Kota Bandung auto pilot tetapi ‘teu puguh’ tujuannya,” ujarnya, “Pastinya Walikota Bandung ke depan harus dites DNA-nya , Walikota harus dari Bandung,” tegasnya.
Lebih lanjut Budi Dalton menjelaskan kultur di setiap daerah di Kota Bandung berbeda, “Ada istilah ulah miceun runtah di Cicadas bisi Ninja harudang,” ujarnya, “Pastinya Karang Taruna di Kota Bandung harus lebih diberdayakan, karena Karang Taruna memiliki arti menciptakan para pemimpin,” tegasnya.
Budi Dalton mengungkapkan, di tahun 2013 dirinya pernah diusung menjadi Walikota Bandung, “Saat itu saya menegaskan sampah, macet, dan banjir itu tidak ada solusinya, dan terbukti hingga hari ini tidak ada solusinya,” ujarnya.
Terkait kemacetan di Kota Bandung, Budi Dalton memberi masukan agar Pemkot Bandung membeli lahan seluas 30 hektar yang ada di sekitar jalan tol di pintu masuk kota Bandung, “Nantinya setiap hari Sabtu Plat B atau plat luar Kota Bandung parkir di lahan 30 hektar tersebut, dan menggunakan kendaraan Plat D untuk aktivitasnya, jadi setiap hari Sabtu di kota Bandung hanya plat D yang ada di jalan, karena kalau ingin tidak macet aturan harus straight,” pungkasnya.
Sebagai penutup acara refleksi akhir tahun, untuk menggelorakan semangat, Tokoh dan Seniman Acil Bimbo meminta tamu undangan yang hadir berdiri dan menyanyikan lagu “Bagimu Negeri” ciptaan Kusbini.
“Pertemuan ini adalah pertemuan yang baik, dan kebersamaan ini sangat mahal, dan yang paling mahal adalah silaturahmi, pastinya kita semua harus bisa membanggakan warga Kota Bandung, walaupun membicarakan Kota Bandung tidak akan selesai-selesai, karena selalu ada saja masalah,” kata Acil Bimbo di awal paparannya.
“Kota Bandung merupakan kota yang penuh image bagi saya, bahkan Bung Karno bersekolah di Kota Bandung,” ungkap Acil Bimbo.
“Bandung kota yang luar biasa, maka mari kita buat gerakan sosial budaya untuk Kota Bandung, karena gerakan sosial budaya menunjukan kita orang yang bermartabat,” ujar Acil Bimbo.
Di akhir paparannya, Acil Bimbo menegaskan, kalau ada keributan di negara ini, warga Bandung tidak usah ikut-ikutan karena pada saatnya warga Bandung yang akan membereskan keributan tersebut. (BRH)