ARCOM-MEDIA, Bandung. Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, mempersembahkan Bandung Dance Festival #7, “Body Creates Phenomenon”, Sabtu-Minggu, (19-20/10/2024), di Gedung Kesenian Sunan Ambu, ISBI Bandung, jalan Buah Batu Kota Bandung.
Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, pada Minggu pagi, (20/10/2024), di Gedung Kesenian Sunan Ambu menggelar salah satu rangkaian kegiatannya, yakni Seminar Tari, dengan Narasumber, Dr. Sal Murgiyanto, M.A., Feriyal Amal Aslam, Ph.D., (Dosen Unpar asal Pakistan), Prof. Dr. Endang Caturwati, SST, M. Si., Prof. Dr. Dinny Devy Triana, S.Sn., M.Pd., dan Agustina Rochyanti, M. Sn., (Ketua Aseti).
Ilmuwan dan kritikus tari Indonesia Dr. Sal Murgiyanto, dalam paparannya yang berjudul, “Seniman Cendekiawan: Terampil, Cerdas, Kreatif, Berintegritas”, mengungkapkan, di beberapa Kampus memang ada Program Studi Tari, namun kebanyakan hasilnya tidak berbekas.
“Dosen Tari seharusnya tidak mencari kesalahan, tetapi menjelaskan, karena biasanya karya tari memiliki niat yang baik,” ungkap Sal Murgiyanto yang pernah menjadi ‘Bos’ kecil di Taman Ismail Marzuki dan mengajar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Lebih lanjut Sal Murgiyanto mengungkapkan, saat mengajar di IKJ dirinya pernah dikritik karena mendorong Mahasiwa IKJ untuk tampil, namun menurut pihak IKJ para Mahasiswa dianggap belum siap.
Sal Murgiyanto menambahkan, saat ini banyak Seniman Indonesia tidak suka dikritik, namun senang dipuji.
Saat diwawancarai para awak Media seusai Seminar Tari, Sal Murgiyanto mengatakan Jawa Barat keseniannya sangat kaya, “Kaya untuk dilihat juga kaya persoalan,” ujarnya.
“Saya pernah menulis di tulisan saya, di ISBI Bandung ini ada Prof. Endang, ada Prof. Een, dan Profesor serta Doktor, kalau mereka saling terbuka dan bisa bertemu dan bekerjasama secara rutin dengan pihak luar, kenapa tidak membuat Forum berkala, bisa satu atau dua tahun sekali,” ujar Sal Murgiyanto.
“Contohnya Prof. Een telah melakukan penelitian di Sulawesi Tenggara, nah ini kan bisa dilaporkan untuk memacu anak-anak muda untuk mengikuti jejaknya,” ungkap Sal Murgiyanto.
Lebih lanjut Sal Murgiyanto mengungkapkan, kekerasan terhadap anak-anak dan perempuan terjadi di mana-mana, “Maka kita bisa mengangkat tema itu di dalam kesenian, bisa melalui wacana dan pertunjukan, karena pertunjukan bisa lebih menyentuh hati,” ujarnya.
Sal Murgiyanto menambahkan, tradisi dan kontemporer seharusnya bisa berjalan bersama-sama tanpa harus menyalahkan, karena tradisi yang dipelihara adalah spiritnya.
“Pendidikan harus dimulai dari keterampilan, kreatif, kritis, integritas, dan kebenaran,” tegas Sal Murgiyanto,” “Karena saat ini banyak pejabat dan orang pintar hanya memikirkan dirinya sendiri dan bukan memikirkan orang lain,” ungkapnya.
“Kesenian bisa mengkritisi namun tidak frontal seperti demontrasi, tetapi hanya untuk mengetuk hati, karena banyak orang yang tidak pernah mendengar suara hatinya sendiri,” ujar Sal Murgiyanto.
“Kesenian itu harus ada kualitas pemikiran, kualitas teknik, untuk kepentingan manusia dan kehidupan,” pungkas Sal Murgiyanto.
Sedangkan Feriyal Amal Aslam, Ph.D., Dosen Unpar asal Pakistan yang tinggal di Kota Bandung dalam paparannya memilih judul, “Menuju Akar yang Otentik-Tubuh Penari Perempuan Muslim”.
Saat diwawancarai para awak Media seusai Seminar Tari, Feriyal Amal Aslam, Dosen Unpar asal Pakistan yang memiliki suami asal Indonesia mengatakan, dirinya mengucapkan selamat atas terselenggaranya Bandung Dance Festival 7, bertajuk, “Body Creates Phenomenon”, yang diselenggarakan Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.
Feriyal Amal Aslam menambahkan, Indonesia sangat beruntung memiliki kebudayaan dan tarian yang sangat luar biasa, “Saya sangat senang tinggal di Indonesia,” ujarnya.
Feriyal Amal Aslam mengungkapkan, beberapa tahun lalu dirinya belajar Tari di Studio Indra milik Indrawati selama satu tahun, “Saya banyak belajar dan mendapat banyak pengalaman,” pungkasnya.
Sedangkan Prof. Dr. Endang Caturwati, SST, M. Si., dalam paparannya membahas Tari Karya Tjetje Somantri Pelestarian dan Pengembangannya.
Bandung Dance Festival #7, “Body Creates Phenomenon”, sesi pertama dipandu secara langsung oleh Prof. Dr. Een Herdiani, S.Sen., M.Hum. (BRH)