ARCOM-MEDIA, Bandung. Hotel De Paviljoen Bandung kembali menghadirkan nuansa berbeda di jantung Kota Kembang.
Tak hanya sekadar tempat beristirahat dan menikmati keramahan khas Bandung, hotel yang terletak di Jalan L.L.R.E Martadinata No.68 ini untuk kedelapan kalinya menyulap ruangannya menjadi galeri seni yang menghadirkan karya-karya rupa terbaik dari para seniman perempuan Nusantara.
Bertajuk “Rempah dan Bunga Nusantara”, pameran yang dibuka resmi Jumat sore, (20/6/2025), di Hotel De Paviljoen Bandung, menjadi perayaan atas kekayaan hayati, sejarah, dan nilai-nilai budaya Indonesia yang berakar dari warisan rempah-rempah dan bebungaan Nusantara, gelaran ini akan berlangsung selama dua bulan penuh, hingga 20 Agustus 2025.
Ruang Hotel Menjadi Kanvas Kekayaan Budaya
Pameran seni rupa ini tidak sekadar menampilkan karya visual. Ia menawarkan tafsir artistik yang berakar pada sejarah panjang Nusantara sebagai pusat perdagangan rempah dunia, seperti lada, cengkeh, pala, kayu manis, kapulaga, vanili, hingga jahe dan kunyit, yang dulu menjadi alasan bangsa-bangsa Eropa berlayar jauh ke Timur.
Bersanding dengan kekayaan flora tropis berupa bunga-bunga eksotis yang diolah menjadi karya lukis, grafis, hingga rajutan tangan.
Kurator Pameran, Rahmat Jabaril dalam sambutannya menyatakan, rempah dan bunga bukan hanya benda atau tanaman semata, tetapi simbol dari peradaban Nusantara yang pernah jaya.
“Rempah-rempah itu telah mendunia, dan karenanya harus tetap dipelajari, diwariskan dari generasi ke generasi, begitu juga dengan keindahan bunga yang beragam di Nusantara, menjadi inspirasi tanpa batas bagi para seniman kita,” ujar Rahmat Jabaril.
Rahmat Jabaril menambahkan, pameran ini menghadirkan 46 perempuan perupa dari berbagai daerah, yakni, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jakarta.
Masing-masing membawa tafsir personal dan kedekatan emosional terhadap tema rempah dan bunga dalam karya-karya mereka.
“Gagasan artistik itu tentu tidak lahir begitu saja, ada pengalaman, ada pemahaman yang kuat terhadap objek artistiknya,” kata Rahmat Jabaril.
“Kota Bandung adalah kota kreatif, dan seni rupa adalah salah satu denyut nadi yang harus terus kita jaga,” pungkas Rahmat Jabaril.
Dibuka dengan Nuansa Tradisi
Prosesi pembukaan pameran berlangsung hangat dan semarak, acara dimulai dengan pertunjukan tari Jaipongan dari Sanggar Rengganis Dago Pojok, yang menghadirkan sentuhan budaya Sunda di tengah suasana artistik modern hotel.
Pameran ini dibuka secara resmi oleh Adi Junjunan Mustafa, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kota Bandung.
Dalam sambutannya, Kadisbudpar Kota Bandung, Adi Junjunan menyatakan apresiasi atas konsistensi Hotel De Paviljoen dalam menghadirkan ruang apresiasi seni yang terbuka bagi publik.
“Ini bukan sekadar pameran, tapi sebuah ruang dialog budaya yang mempertemukan sejarah, seni, dan perhotelan modern dalam satu wadah, Hotel De Paviljoen telah menjadi contoh sinergi positif antara industri hospitality dan dunia seni,” ujar Kadisbudpar Kota Bandung, Adi Junjunan
Hotel Sebagai Wadah Kreatif Seniman
Sedangkan Marcomm Executive Hotel De Paviljoen Bandung, Risna Nur Hadiany, menyatakan kebanggaannya atas terselenggaranya pameran ini.
“Sudah tiga tahun kami bekerja sama dengan kurator dan para seniman dalam Art Exhibition ini, dan hari ini adalah pameran ke-8 kami, harapan kami, De Paviljoen Bandung selalu bisa menjadi rumah bagi para seniman untuk terus berkarya dan masyarakat bisa menikmati serta belajar dari kekayaan budaya Indonesia,” kata Risna Nur Hadiany.
Risna Nur Hadiany juga menegaskan komitmen hotel untuk terus membuka diri bagi berbagai kolaborasi seni di masa depan, ia meyakini seni dan budaya bisa menjadi bagian penting dari pengalaman hospitality modern, sekaligus memperkaya nilai-nilai lokal di tengah masyarakat urban.
Lebih dari Sekadar Pameran Seni
Tak hanya memajang karya lukisan dan rajutan, pameran “Rempah dan Bunga Nusantara” juga menyisipkan edukasi budaya tentang sejarah perdagangan rempah di Nusantara dan filosofi di balik keindahan bunga-bunga tropis Indonesia.
Pengunjung hotel maupun masyarakat umum bisa menikmati karya-karya ini secara gratis di area galeri yang berada di lantai lobby hotel, sekaligus menikmati suasana heritage kolonial modern yang menjadi ciri khas De Paviljoen.
Menjadi Simbol Identitas Budaya Kota Bandung
Pameran ini menegaskan Kota Bandung bukan sekadar kota wisata kuliner dan belanja, tetapi juga kota budaya yang terus hidup dan bergerak.
Melalui ruang-ruang seperti di De Paviljoen, para seniman lokal mendapat wadah untuk berkarya dan masyarakat mendapatkan kesempatan untuk lebih dekat dengan kekayaan budaya bangsa. (BRH / ANN)