ARCOM-MEDIA, Bandung. Masjid Raya Bandung (MRB) kembali mengukuhkan posisinya sebagai pusat inovasi pendidikan Islam dengan meluncurkan program Quranic Revolution (QR).
Program ini menawarkan pendekatan baru dalam menghafal Al-Qur’an yang tidak hanya mengandalkan hafalan, tetapi juga mengintegrasikan kecerdasan otak, pengembangan diri, dan keterampilan komunikasi publik.
Inovasi ini digadang sebagai jawaban atas kebutuhan generasi muda Muslim yang menginginkan metode efektif untuk menghafal Al-Qur’an sambil membangun kepercayaan diri untuk berdakwah.
Ketua Nazhir Masjid Raya Bandung Roedy Wiranatakusumah, S.H., M.H., MBA.,, menilai program QR sebagai terobosan penting.
Ia menyoroti bagaimana metode ini melampaui sekadar hafalan, melainkan berfokus pada optimalisasi potensi otak kiri dan kanan.
“Inovasi dari Tiar, sang inovator, ini adalah langkah besar anak muda, optimalisasi otak ini bersifat limitless dan dapat menjadi parameter baru dalam pembelajaran, dengan metodologi yang mudah dipraktikkan, peserta dapat menghafal dengan lebih mudah,” ujar Roedy, Jumat (22/08/2025), di Masjid Raya Bandung.
Roedy menambahkan, inovasi seperti QR adalah bentuk investasi intelektual jangka panjang yang akan diwariskan kepada generasi mendatang.
Menurut Roedy, program ini akan menghasilkan bangsa yang lebih cerdas, baik secara emosional maupun intelektual.
“Bahkan kecerdasan buatan atau AI lahir dari pemikiran manusia, potensi otak yang dilatih dengan baik mampu melahirkan hasil konkret,” ujar Roedy.
Roedy juga mengungkapkan, program QR dilengkapi dengan latihan pernapasan, yang membantu peserta merasa lebih rileks dan tenang selama proses menghafal, sehingga hasilnya lebih optimal.
Dalam sesi podcast yang disiarkan pada 22 Agustus 2025, Tiar Hermawan, Pendiri Quranic Revolution, menjelaskan dasar ilmiah di balik metodenya.
Tiar menegaskan QR bukanlah metode instan, melainkan berbasis pada riset neurosains dan psikologi kognitif.
“Metode ini bukan sulap, kami memanfaatkan kecenderungan otak manusia yang menyukai pola, program QR berbasis pada pattern recognition atau pengenalan pola, dan association technique atau teknik asosiasi untuk membuat hafalan lebih cepat, kuat, dan menyenangkan,” ujar Tiar.
Lebih dari sekadar menghafal, QR juga menekankan pentingnya public speaking sebagai keterampilan wajib.
Tiar percaya, kemampuan berbicara di depan publik akan memungkinkan generasi muda tidak hanya menghafal, tetapi juga mampu menyampaikan nilai-nilai Al-Qur’an dengan cara yang menginspirasi.
“Kami ingin melahirkan generasi Qur’ani yang mampu berbicara di atas mimbar, panggung, maupun dalam kehidupan sehari-hari, ini soal membangun kepercayaan diri dan menjadi teladan,” tegas Tiar.
Sebagai langkah nyata, Masjid Raya Bandung akan mengadakan sesi trial pelatihan perdana, memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk merasakan langsung manfaat dari metode ini.
Acara puncak berupa Launching Quranic Revolution akan digelar pada 28 September 2025 di Masjid Raya Bandung.
Acara ini diprediksi menjadi momentum bersejarah, dengan target mencetak 1001 hafidz Qur’an yang cerdas, percaya diri, dan komunikatif di tingkat nasional.
Sebagai gerakan sosial-edukasi, QR juga membuka peluang bagi siapa pun yang ingin terlibat.
Tiar menyebutkan, mereka sedang mencari relawan program dan menawarkan kesempatan khusus bagi mahasiswa semester 3–4 untuk menjadi trainer.
“Ini bukan hanya soal ikut serta, tetapi juga membangun kapasitas diri, Mahasiswa bisa belajar mengajar, mengasah keterampilan komunikasi, sekaligus menjadi bagian dari gerakan Qur’ani berskala nasional,” pungkas Tiar. (RED / DJR)









