ARCOM-MEDIA, Bandung. Malam penutupan yang meriah di Auditorium IFI Bandung pada Selasa, 2 Desember 2025, menandai akhir dari edisi ke-27 Festival Sinema Prancis (FSP) 2025.
Selama 12 hari, festival ini tidak hanya membawa 20 film Prancis terbaik ke 14 kota di Indonesia, tetapi juga menjelma menjadi simbol konkret dari kemitraan budaya yang diperkuat antara Prancis dan Indonesia, tepat di tahun perayaan ulang tahun ke-75 hubungan diplomatik kedua negara.
Tahun 2025 adalah tahun yang monumental. Berlandaskan Deklarasi Borobudur yang disahkan saat kunjungan kenegaraan Presiden Emmanuel Macron pada Mei 2025 dan Dialog Strategis Budaya di Paris.
Indonesia dan Prancis secara tegas menempatkan sektor audiovisual sebagai pilar sentral dalam memperdalam kerja sama industri kreatif.
FSP ke-27, yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Prancis, Institut français d’Indonésie (IFI), adalah perwujudan nyata dari komitmen tersebut.
Seperti diketahui, dari 21 November hingga 2 Desember 2025, gelombang sinema Prancis yang dinamis melanda Ambon, Bandung, Denpasar, Jakarta, Lampung, Makassar, Medan, Pontianak, Purwokerto, Salatiga, Semarang, Surabaya, Surakarta, dan Yogyakarta.
Dengan penayangan di Cinema XXI, IFI, Alliance Française (AF), dan lokasi mitra, festival ini menghadirkan perpaduan antara maestro berpengalaman dan talenta generasi berikutnya.
Edisi ini juga secara khusus menyoroti dialog kreatif Indonesia-Prancis dengan menunjuk aktris ternama Marissa Anita sebagai Duta Festival dan sutradara horor peraih penghargaan, Joko Anwar, sebagai tamu spesial.
Keduanya menjadi representasi dari semakin kuatnya ikatan budaya, sejalan dengan semangat yang digaungkan dalam Deklarasi Borobudur.
Sebagai apresiasi terhadap pembuat film masa depan, FSP turut menayangkan film pendek karya mahasiswa dari SAE Indonesia, yang diputar sebelum film pembuka dan penutup.
Selain itu, Indonesia-France Film Lab edisi kedua turut digelar di JAFF Market di Yogyakarta, menawarkan program inkubasi yang lebih intensif bagi para sineas muda.
FSP 2025 didukung penuh oleh TV5Monde, KlikFilm, dan yang paling utama, oleh kemitraan jangka panjang dengan Cinema XXI.
Dukungan aktif ini memungkinkan dua film Prancis unggulan tayang perdana di Indonesia, sebelum rilis komersial mereka di bulan Desember.
Pada malam pembukaan, 21 November, film “13 jours 13 nuits” (13 Days 13 Nights) karya Martin Bourboulon diputar serentak di delapan bioskop Cinema XXI di kota-kota besar.
Film ini menyajikan kisah heroik dan emosional tentang operasi evakuasi Kedutaan Besar Prancis saat jatuhnya Kabul pada tahun 2021.
Sehari setelahnya, Jakarta menyambut sutradara terkenal Gilles de Maistre untuk pemutaran perdana “Moon le Panda” (Moon the Panda) di IFI.
Film yang menggabungkan petualangan, emosi, dan kesadaran lingkungan ini menunjukkan bagaimana sinema mampu menginspirasi penonton dari segala usia.
FSP 2025 kali ini terasa seperti sebuah ode tentang “kebebasan sinema.”, terinspirasi oleh sorotan pada French New Wave di Festival Film Cannes tahun ini, FSP merayakan semangat kebebasan dan eksperimen artistik yang merevolusi sinema tahun 1960-an.
Penonton di seluruh Indonesia berkesempatan langka untuk menyaksikan kembali mahakarya dari Godard dan Truffaut, termasuk “Le Mépris” (Contempt) dan “Les Quatre Cents Coups” (the 400 blows), dalam pemutaran khusus yang menegaskan kejeniusan dan modernitas gerakan Nouvelle Vague.
Di sisi lain, festival ini juga berani menembus batas genre dengan menghadirkan pemutaran perdana horor Prancis, ”Vermines” (Infested) karya Sébastien Vaniček.
Film yang memukau dengan atmosfer mencekamnya ini membuka jalan bagi dialog budaya tentang sinema horor antara Prancis dan Indonesia, genre yang sangat diminati di tanah air.
Tak ketinggalan, karya-karya terbaik dari Festival Film Cannes 2025 menjadi puncak program.
Film pembuka Cannes 2025, ”Partir un jour” (Leave One Day) karya Amélie Bonnin, ditampilkan sebagai debut mengharukan yang menangkap emosi generasi saat ini.
Malam penutupan yang elegan di Bandung ditutup dengan film ”La Venue de l’avenir” (Colors of Time) karya Cédric Klapisch.
Ditayangkan di luar kompetisi Cannes 2025, film ini menyajikan eksplorasi yang memukau tentang para seniman yang membentuk Paris pada abad ke-19, secara simbolis menghubungkan seni, sejarah, dan emosi yang menjadi inti dari FSP kali ini.
Secara keseluruhan, Festival Sinema Prancis 2025 telah berhasil melampaui perannya sebagai etalase film.
Featival ini menjadi platform dialog budaya yang vital, menyoroti keragaman sinema Prancis, dari klasik yang membebaskan hingga suara-suara baru yang berani, sambil memperkuat komitmen kedua negara untuk memajukan industri kreatif melalui semangat pertukaran dan inovasi.
Program lengkap festival dapat diakses melalui www.ifi-id.com atau kanal Instagram @ifi_bandung .(RED)









