ARCOM-MEDIA, Bandung. PT Prodia Widyahusada Tbk (Prodia) kembali menggelar seminar dokter sepanjang tahun 2024 dalam rangka mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024.
Edukasi ini merupakan upaya dalam meningkatkan pengendalian pada kelompok penyakit tidak menular (PTM), khususnya sindrom metabolik seperti diabetes, penyakit jantung, darah tinggi, dan gangguan syaraf.
Badan Pusat Statistik mengumpulkan data kematian sejak 1 januari 2017 hingga 2020/2022, dari data tersebut ditemukan terdapat jumlah kematian sebanyak 8,07 juta kasus dengan penyebab terbanyak berasal dari PTM dengan total 7,03 juta kasus.
Didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menunjukkan perkembangan PTM yang kian mengkhawatirkan di Indonesia.
Selain peningkatan angka PTM, pergeseran pola pengidap juga semakin meluas kepada kelompok usia produktif.
Pergerakan ini tentunya dapat menjadi ancaman bagi sumber daya manusia dan perekonomian Indonesia pada tahun-tahun mendatang.
PTM umumnya terjadi dikarenakan faktor genetik dan gaya hidup tidak sehat.
Jika risiko dari PTM diketahui lebih dini, maka angka pengidap dan kematian dapat dikendalikan, biaya pengobatan menjadi lebih ringan, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Langkah preventif dapat diupayakan melalui pemeriksaan genomik yang berguna untuk memberikan informasi mengenai risiko penyakit seseorang berdasarkan profil genomik.
Permasalahan tersebut melandasi Prodia untuk menginisiasi seminar bersama klinisi dengan mengusung tema “Unlocking the Code: Genomic Insight for Clinicians” di 12 kota besar.
Kota Bandung menjadi pembuka rangkaian seminar dokter Prodia yang diselenggarakan di Hotel Courtyard by Marriott Dago, Sabtu, (17/2/2024), dengan menghadirkan Dr. Nanny NM Soetedjo, dr., Sp.PD-KEMD, M.Kes, DCN, FINASIM dan Regional Produk Eksekutif Prodia Riska Widyasari, S.Si sebagai narasumber, seminar ini dimoderatori dr. M. Rizqan Ramadhan, Sp.PD.
Dalam pemaparannya, dr. Nanny NM Soetedjo menjelaskan, seperti namanya, PTM tidak dapat ditularkan dari satu individu ke yang lainnya melalui kontak apapun, namun, masalah ini tidak dapat dianggap sepele.
Pasalnya PTM dapat menyerang semua organ tubuh dan beberapa jenisnya berisiko tinggi menyebabkan kematian.
Selain itu, PTM bersifat kronis yang berarti dapat berkembang secara perlahan dalam jangka waktu yang panjang.
“Seperti kita ketahui, angka pengidap dan kematian dari penyakit jantung, diabetes, kanker, darah tinggi, ginjal dan PTM lainnya kian meningkat, oleh karenanya, pencegahan dan deteksi dini dapat menjadi upaya untuk menekan angka tersebut,” kata dr. Nanny NM Soetedjo.
Ditambahkan dr. Nanny NM Soetedjo, bahwa saat ini pengetahuan terhadap pemeriksaan genomik masih terbilang minim diketahui oleh masyarakat, padahal dalam pengaplikasiannya, pemeriksan genomik membuka paradigma baru dalam menciptakan preventive medicine.
Sedangkan Regional Produk Eksekutif Prodia, Riska Widyasari menjelaskan lebih jauh mengenai manfaat dari pemeriksaan genomik “Prodia nutrigenomic”.
Riska Widyasari menjelaskan, bahwa pemeriksaan genomik cukup dilakukan satu kali seumur hidup dan dapat dilakukan oleh individu berusia lebih dari 18 tahun, dan hasil dari pemeriksaan genomik nantinya dapat dijadikan sebagai manual book bagi seseorang untuk lebih mengetahui risiko penyakit dan langkah mitigasinya.
“Diharapkan melalui seminar ini, lebih banyak klinisi yang mendapatkan informasi mendalam mengenai pemeriksaan genomik dan secara jangka panjang dapat menekan peningkatan kasus PTM,” kata Riska Widyasari.
Selain seminar nasional dokter, Prodia juga berinovasi menghadirkan aplikasi Prodia for Doctor dengan tujuan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi dokter untuk menunjang layanan kesehatan yang diberikan kepada pasien dengan menawarkan kemudahan bagi dokter dalam membuat rujukan pemeriksaan kesehatan ke Prodia, memberikan konsultasi kepada pasien, memantau riwayat hasil pemeriksaan kesehatan pasien, hingga menjadi wadah para dokter mendapatkan informasi mengenai diagnostik. (BRH / RLS)